Bermurah Hatilah (Lanjutan dari Cara Memiliki Mindset Abundance)
Artikel ini adalah kelanjutan dari artikel yang berjudul “Pola Pikir Seperti Inilah yang Membuat Anda Jadi Kaya, Tetap Kaya dan Lebih Bahagia” yang membahas tentang Mindset Abundance atau Pola Pikir Berkelimpahan.
Artikel ini akan membahas cara kedua yang bisa Anda lakukan agar bisa memiliki pola pikir berkelimpahan atau Abundance Mindset. Cara pertama sudah dibahas di artikel Bersyukurlah dengan Apa yang Anda Miliki.
Sering bersyukur adalah suatu langkah awal yang sangat baik untuk memiliki pola pikir berkelimpahan atau Abundance Mindset, tetapi akan lebih lengkap lagi dan lebih bagus lagi saat Anda mulai mempraktekkan cara kedua ini yaitu Bermurah Hati dengan banyak memberi dan membantu orang lain.
Saya yakin semua agama akan mendorong Anda untuk membantu orang lain. Tetapi saya akan membahasnya dari sisi mengapa bermurah hati bisa membuat Anda jadi memiliki mindset abundance.
Saat Anda sering bermurah hati dengan banyak memberi bantuan kepada orang lain (misalkan materi), apa yang ada di pikiran Anda? Apakah Anda merasa berkecukupan atau merasa sedang kekurangan?
Tentu saja Anda pasti merasa berkecukupan atau punya lebih, baru bisa memberi, bukan?
Tentu saja saat memberi, perasaannya yang ikhlas, bukan memberi karena ditodong jadi terpaksa, ini gak masuk hitungan he..he.. 🙂
Saat Anda memberi bantuan pada orang lain dengan ikhlas, pasti di bawah sadar Anda ada perasaan bahwa Anda memiliki lebih dari cukup (tidak bakal akan membuat anak dan keluarga jadi kelaparan misalkan) saat Anda menolong orang lain.
Sehingga makin sering Anda memberi, maka akan membuat perasaan berkecukupan atau berkelimpahan menjadi dominan di pikiran Anda.
Sehingga seperti yang saya singgung di artikel sebelumnya bahwa “Orang akan memiliki realita sesuai dengan apa yang dominan di dalam pikirannya” maka cepat atau lambat orang Anda akan benar-benar jadi berkecukupan.
Masuk akal? Sangat masuk akal! 🙂
PENTING: Pastikan memberi atau membantu orang/pihak lain yang layak dibantu. Di luar sana, selain ada banyak orang atau pihak lain yang layak dibantu, juga ada banyak orang atau pihak lain yang tidak layak/pantas dibantu.
Anda mungkin bisa berargumentasi “Lho pak, orang kaya atau banyak uang, ya gampang saja untuk memberi, lah gimana kalau memang saya ini untuk hidup saja susah, bagaimana dengan kita-kita yang memang miskin?”
Pertanyaan yang masuk akal dan sering ditanyakan 🙂 Ada 2 jawaban yang bisa saya berikan tentang hal ini.
1) Bermurah Hati Tidak Ada Hubungannya Dengan Nominal
Saya tidak pernah bilang yang harus Anda sumbangkan atau berikan itu berapa nominalnya, karena murah hati bukan masalah nominal. Orang kaya menyumbang 1 juta dengan orang gak punya menyumbang 1 juta tentu saja sangat berbeda yang terjadi dalam perasaan dan pikirannya.
Menurut saya pribadi, justru saat Anda masih belum punya, Anda justru harus memaksakan diri untuk bermurah hati dan sering-sering memberi dan membantu orang lain. Kalau tidak, bagaimana Anda bisa mengubah nasib Anda?
Nominal terserah Anda, yang penting jangan sampai mengorbankan keluarga atau membuat Anda menderita. Bermurah hati tidak ada urusannya dengan jumlah nominal.
Saya ada ingat beberapa kejadian saat uang saya masih terbatas. Waktu itu saya baru lulus kuliah dan mulai kerja, gaji saya sebagai karyawan adalah Rp 600.000,- sebulan. Pada jaman itu pun sebenarnya juga tidak besar gaji segitu. Gaji manager di perusahaan, saya ingat sekitar Rp 2 juta.
Pada saat itu, saya mengetahui bahwa tempat ibadah dimana saya rutin beribadah akan membangun gedung baru karena yang sekarang digunakan berupa rumah, sudah habis masa kontraknya. Saya tergerak untuk memberikan bantuan, saya tahu saya harus membantu, tetapi gaji saya juga gak seberapa.
Untunglah saya waktu itu juga masih single/bujang, biaya hidup saya tidak besar sehingga akhirnya saya putuskan untuk memberikan bantuan sebesar Rp 250.000 atau hampir separo bulan gaji.
Bagi saya, nominal itu cukup besar saat itu. Saya tahu saya pasti harus berkorban untuk makan lebih sederhana pada bulan itu, mengurangi keluar-keluar/pergi ke mal dengan teman-teman, tetapi saya rela dan berniat untuk berdana sebesar itu.
Saya ingat betul setelah saya berdana/menyumbang tersebut, perasaan dan pikiran saya merasa bahagia, saya merasa telah berkontribusi melakukan sesuatu yang penting dan bermakna dan dalam pikiran saya merasa lebih kaya atau lebih mampu.
Padahal tentu saja saya jauh dari kaya saat itu, namanya juga baru lulus kuliah dan mulai kerja. Saya belum mengerti saat itu tentang mindset abundance atau pola pikir berkelimpahan, tetapi saya ingat betul kejadian itu karena saat itulah saya merasa sudah jadi orang kaya karena bisa melakukan sumbangan yang bermanfaat yang menurut ukuran saya adalah besar.
Ada beberapa pengusaha sukses yang saat itu juga membantu, jumlahnya saya perkirakan puluhan juta. Jadi tentu uang Rp 250.000,- yang saya sumbangkan termasuk kecil, tapi seberapa kecil pun tentu membantu juga, bukan?
Saya menceritakan ini bukan untuk memamerkan tentang ‘kebaikan’ saya, sama sekali bukan maksud itu, tetapi untuk menjelaskan bahwa nominal jumlah uang bukan hal yang penting disini, tetapi melatih diri untuk terus bermurah hati agar Anda merasa berkecukupan dan berlimpah adalah sesuatu yang penting dan bermanfaat bagi Anda sendiri juga.
2) Ada Banyak Cara untuk Memberi dan Menolong Orang Lain
Bermurah hati, memberi dan menolong orang lain tidak harus selalu dengan memberi materi. Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan.
Anda bisa bermurah hati, memberi dan menolong orang lain dengan cara-cara seperti :
- Anda bisa bermurah hati dengan memberikan waktu Anda untuk menolong orang lain yang lagi membutuhkan keahlian atau ketrampilan Anda.
- Anda bisa bermurah hati dengan mengajarkan ilmu atau pengalaman yang Anda miliki sehingga orang lain jadi lebih baik, lebih pintar, lebih sukses, lebih bahagia dan lain-lain.
- Anda bisa bermurah hati dengan membantu organisasi sosial yang sedang membantu korban musibah alam, misalkan.
- Dan masih banyak lagi.
Saat Anda bermurah hati dengan melakukan hal-hal seperti diatas, Anda akan merasa lebih baik, merasa lebih punya kemampuan, merasa lebih bermakna dan tentu saja akan lebih bahagia.
Ada ungkapan yang saya baca dari sebuah buku hampir 20 tahun yang lalu yaitu : “The Secret of Life is Giving” yang artinya rahasia kehidupan adalah memberi.
Buku itu pada intinya menjelaskan bahwa:
Rahasia dari hidup bahagia dan bermakna adalah dengan banyak memberi, bukan meminta-minta.
Anda tidak akan lebih bahagia saat Anda terus fokus memikirkan apa yang bisa Anda dapatkan dari kehidupan ini.
Jadi begitu Anda sering fokus memikirkan apa yang bisa Anda berikan ke kehidupan ini, hidup akan lebih bermakna dan bahagia.
Anda juga akan merasa semakin kaya, semakin merasa berkecukupan dan berkelimpahan sehingga Anda secara perlahan jadi memiliki pola pikir berkelimpahan atau Mindset Abundance.
Selain membantu secara materi kepada pihak yang membutuhkan bantuan materi, salah satu cara favorit saya dalam mempraktekkan memberi dan membantu orang lain adalah dengan mengajar/teaching, yang memang merupakan passion saya.
Saya senang mengajarkan sesuatu yang bisa membantu orang lain jadi lebih sukses, lebih bahagia dan lebih baik di segala aspek kehidupan.
Dalam berbagi, saya tidak pelit untuk berbagi ilmu, wisdom dan pengalaman yang saya miliki. Teman dan para alumni saya pasti akan setuju tentang hal ini (yang tidak setuju jangan ngomong ya… he..he.. just kidding 🙂 )
Menulis di blog ini juga cara saya untuk membantu orang lain dengan cara mengajar/teaching. Harapannya tentu tulisan ini bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Menurut saya orang yang pelit ilmu, tidak mau berbagi karena punya mindset scarcity atau kekurangan. Kenapa?
Biasanya takut ilmunya habis 🙂 Tapi kalau dipikir, saat Anda ngajarin orang lain, masak ilmu Anda akan berkurang? Tentu tidak bukan. Anda justru biasanya jadi tambah pintar karena memang mengajar membuat Anda semakin ngerti dengan apa yang Anda bicarakan.
Tentu tidak semua ilmu harus Anda bagikan. Kadang rahasia dagang atau resep rahasia tentu Anda simpan. Bijaksanalah untuk tahu apa yang bisa dibagikan, apa yang tidak.
Jadi dua jawaban diatas saya harapkan bisa menjawab pertanyaan awal tentang bagaimana Anda bisa tetap bermurah hati dan banyak memberi walaupun saat ini tidak punya banyak uang.
Anda bisa mulai dengan apa yang Anda miliki. Jangan sibuk mikirin apa yang tidak Anda punya, tapi bermurah hatilah dengan apa yang Anda punya dulu sekarang.
Saat saya jatuh terpuruk akibat kegagalan di bisnis properti seperti yang saya pernah ceritakan di bagian pertama dari artikel series ini, tabungan saya habis, mobil harus dijual demi agar keluarga tetap bisa makan, rumah digadaikan di bank dan hutang di bank masih ratusan juta.
Sangatlah sulit bagi saya untuk merasa berkecukupan atau berkelimpahan. Saya merasa gagal, miskin, berkekurangan, frustasi dan lain-lain.
Tetapi semangat dan tekad saya untuk merubah kondisi kehidupan saya dan keluarga berkobar-kobar. Jadi selain bersyukur, saya memaksakan diri untuk bermurah hati.
Di satu sisi ada suara-suara “Kamu itu sudah tinggal sedikit uangnya, ngapain kasi-kasi orang lain lagi“. Di sisi yang lain juga muncul suara “Bagaimana kamu bisa merubah kehidupanmu jika tidak mau bermurah hati?”
Untunglah pertempuran suara ini dimenangkan oleh suara yang mendukung agar saya bermurah hati. Saya akhirnya berdana atau menyumbang materi kepada orang yang lebih susah (masih banyak kok, orang yang lebih susah), jumlahnya gak seberapa karena sesuai dengan kemampuan saya saat itu.
Satu perbuatan memberi, memancing keinginan untuk melakukannya lagi dan akhirnya terus menerus dilakukan.
Saat anak saya masih kecil berulang tahun, daripada harus membuat pesta ultah di kelasnya yang memakan banyak biaya dan kurang ada artinya, saya dan istri memutuskan untuk melakukannya di panti asuhan dan berbagi bingkisan dan makanan kepada anak-anak panti asuhan.
Selain tidak makan biaya banyak, yang penting lebih bermakna serta mengajarkan anak saya tentang konsep bermurah hati dan membantu orang lain yang membutuhkan.
Melihat anak-anak di panti asuhan yang begitu senang makan camilan yang jarang sekali mereka bisa makan, memberikan kebahagiaan.
Setiap kali saya bisa berdana atau membantu orang lain, saya bersyukur dan berterima-kasih dalam hati bahwa saya masih berkecukupan sehingga masih bisa memberi dan membantu orang lain.
Perasaan berkecukupan ini semakin hari semakin kuat sehingga kondisi jatuh bangkrut yang saya alami, semakin hari semakin tidak terlalu dipikirkan.
Dan seperti hukum alam saja, semakin hari kehidupan saya juga jadi semakin baik dan saya semakin banyak bisa membantu dan berbagi hingga saat ini.
Jadi dua cara inilah yaitu “Bersyukur” dan “Bermurah Hati” yang dapat Anda lakukan agar bisa memiliki Pola Pikir Berkelimpahan atau Mindset Abundance. Hal ini telah membantu saya dari kondisi bangkrut, patah semangat dan frustasi, hingga bisa meraih satu per satu impian saya dan keluarga, sekaligus bisa menginspirasi dan bermanfaat kepada banyak orang.
Semoga rangkaian 3 artikel yang saya tuliskan tentang Cara Memiliki Pola Pikir Berkelimpahan atau Mindset Abundance ini bisa bermanfaat besar bagi Anda.
Anda boleh memberikan komentar atau sharing cerita/kisah dalam hidup Anda berkaitan dengan apa yang saya tuliskan di bagian komentar di bawah ini.
Semoga yang TERBAIK terjadi dalam kehidupan Anda dan keluarga.
[sc:cta-akhir-artikel]